JODOH DAN JALAN HIDUP

Diposting oleh bro Senin, 21 Maret 2011

Islam sebagai agama samawi terakhir, diyakini sebagai agama yang universal tidak terbatas waktu dan tempat. Al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa Islam datang sebagai rahmat bagi alam semesta. (QS. al-Anbiya>’ [21]: 107) Di sisi lain, ajaran Islam diyakini sebagai risa>lah yang sempurna dan dapat digunakan sebagai pedoman umat manusia. Salah satu ajaran Islam yang disepakati ulama setelah al-Qur’an adalah hadis. Oleh karena itu, hadis berperan sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Qur’an.
Salah satu masalah yang dibahas dalam sumber ajaran Islam adalah masalah perkawinan. Ajaran Islam sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. al-Nu>r (24): 32 menjelaskan anjuran untuk menikahi orang yang baik (sholeh) dan yang masih bujang. Di samping itu, al-Qur’an juga menekankan akan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan penuh rahmat bagi setiap pasangan yang secara langsung mengarungi bahtera rumah tangga. Banyak cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah upaya mencari calon isteri atau suami yang baik. Upaya tersebut bukan merupakan suatu yang kunci, namun keberadaannya dalam rumah tangga akan dapat menentukan baik tidaknya.
Permasalahan di atas dapat ditemukan jawabannya dalam hadis. Hadis telah disepakati oleh ulama sebagai dalil hukum. Sebagai sumber kedua setelah al-Qur’an, hadis memiliki perbedaan dengan al-Qur’an. Salah satu perbedaannya adalah terletak dari periwayatannya. Al-Qur’an seluruhnya diriwayatkan secara mutawa>tir sedangkan tidak semua hadis diriwayatkan secara mutawa>tir. Kecuali terhadap hadis mutawa>tir, terhadap hadis a>h}a>d kritik tidak saja ditujukan kepada sanad tetapi juga terhadap matan. Di samping itu, dalam perspektif historis terungkap bahwa tidak seluruh hadis tertulis di zaman Nabi Muhammad saw., adanya pemalsuan hadis yang disebabkan adanya perbedaan mazhab dan aliran, proses penghimpunan hadis yang memakan waktu yang lama, jumlah kitab hadis dan metode penyusunan yang beragam serta adanya periwayatan bi al-ma’na. Sebab-sebab itulah yang mendorong pentingnya melakukan penelitian hadis.
Sebagai salah satu rukun perkawinan, adanya calon suami atau istri, maka kedudukan keduanya menjadi penting. Perempuan dan laki-laki yang dapat dinikahi mempunyai kriteria tertentu sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadisnya yang menyebutkan bahwa perempuan dinikahi karena empat hal. Walaupun khitab hadis tersebut terhadap perempuan, namun esensi kriterianya juga dapat diterapkan dalam teknik memilih jodoh yang baik.
Adapun bunyi teks hadis adalah sebagai berikut:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ النِّسَاءُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Artinya:
Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, al-Nasa’i, Abu Dawud Ibn Majah Ahmad ibn Hanbal, dan al-Darimi dalam kitabnya dari sahabat Abu Hurairah ra.
Hadis di atas mengisyaratkan tentang cara memilih jodoh yang baik. Rasulullah menjelaskan bahwa ada empat kriteria wanita yang dinikahi. Keempat kriteria tersebut adalah harta, nasab, kecantikan dan agama. Eksplorasi lebih jauh atas hadis-hadis tentang mencari jodoh ternyata tidak demikian adanya. Ada hadis yang hanya mencukupkan tiga syarat yakni harta benda, kecantikan dan agama. Namun, kesemuanya sabda Nabi Muhammad saw. tersebut lebih mengutamakan kebaikan dari sisi agama.
Ulama banyak yang memberikan syarat-syarat tertentu dalam memilih jodoh dalam pernikahan. Tentu satu dengan yang lainnya berbeda dalam menginterpretasikah hadis di atas. Bahkan ada yang mencukupkan diri syarat wanita yang dinikahi adalah mempunyai akhlak yang baik. Pembahasna tersebut terutama dapat dijumpai dalam masalah perwalian dan kafaah (kesepadanan).
Pada suatu saat Nabi Muhammad saw. melarang perkawinan terhadap wanita yang dilandasi dengan kecantikan, dan harta benda. Lebih lanjut Rasulullah saw. memberikan penyelesaian yang terbaik dengan kriteria agama dengan mengibaratkan terhadap budak wanita yang hitam legam yang beriman lebih utama untuk dinikahi. Sifat perempuan yang baik juga pernah dituturkan oleh Nabi Muhammad saw. Nabi menggambarkan seorang wanita yang dapat menyenangkan suaminya ketika dipandang dan melakukan apa yang diperintah-kan suaminya adalah sosok wanita yang baik. Di samping itu wanita yang tidak pernah menyalahi terhadap suaminya dalam hal harta benda dan hal-hal yang dibenci suaminya.
Permasalahan tersebut menjadi penting karena calon mempelai merupakan sesuatu yang penting karena dari sinilah rumah tangga nanti dibangun. Sekilas nampak bahwa wanita sebagai obyek dari hadis tersebut. Namun, jika ditelusuri secara mendalam, terdapat hadis lain yang memfokuskan masalah dengan memilih jodoh yang berspektif gender di mana perempuan juga dapat beperan dalam menentukan jodohnya. Hadis yang terakhir tidak banyak diekspos dan dalam kajian fiqh cenderung dimasukkan dalam permasalah perwalian yang di mana hak tersebut disandang kaum laki-laki.
Untuk mendudukkan bagaimana tuntunan Islam tentang pencarian jodoh sebagaimana tersebut dalam hadis di atas, maka penelitian ini penting dilakukan. Karena sering seseorang melaksanakan pemilihan jodoh dengan melandasi pikirannya dengan landasan normatif seperti al-Qur’an dan hadis. Oleh karena itu, agar pembahasan menarik, maka penelitian ini juga mengakitkan berbagai persoalan dan perdebatan yang hangat di kalangan ulama fiqh dan dalam tradisi Jawa. Upaya tersebut untuk mendapatkan pemahaman hadis dalam konteks kekinian yang lebih bersperspektif dan berkeadilan gender.


Panduan Mencari & Memilih Jodoh
Panduan Mencari Pasangan Hidup
pat beberapa individu “perangsang” yang aktif di forum myJodoh. Mereka sering berinteraksi dengan memberi nasihat dan membimbing rakan-rakan lain yang bermasalah atau dilanda kemurungan. Individu begini biasanya tidak tinggal lama di myJodoh. Mereka akan menemui pasangan hidup mereka dalam masa yang singkat dan kemudiannya terus hilang dari myJodoh. Kebolehan merangsang pemikiran orang lain bermula dengan mengenalkan pasti kemahuan asas seseorang, seterusnya mengaitkan kemahuan tersebut dengan matlamat utama. Terdapat beberapa ayat-ayat Al-Quran menunjukkan teknik membangkitkan minat dan semangat seseorang terhadap sesuatu. Sebagai contohnya pada surah Al-Isra ayat 78, Allah telah berfirman “Dirikanlah olehmu sembahyang ketika gelincir matahari hingga waktu gelap malam, dan (dirikanlah) sembahyang subuh sesungguhnya sembahyang subuh itu adalah disaksikan (keistimewaannya).”
Solat sememangnya satu kewajipan yang perlu dilaksanakan. Ayat-ayat yang berkaitan kepentingan solat diulang berkali-kali di dalam Al-Quran. Namun di dalam ayat ini Allah telah memberi suntikkan motivasi kepada manusia yang malas mengerjakan solat subuh untuk bangun mengerjakannya. Solat subuh telah dikaitkan dengan satu panyaksian daripada para malaikat.
Menurut sebuah riwayat, para malaikat berkumpul bersama-sama manusia pada waktu solat subuh dan solat asar. Apabila para malaikat naik dan disoal tentang keadaan manusia oleh tuhan, mereka menjawab dengan memberi penyaksian, “Ketika kami meninggalkan mereka, mereka sedang bersolat dan ketika kami mendatangi mereka, mereka juga sedang bersolat.”[1] Ternyata Allah telah memuliakan waktu solat subuh dan solat asar serta menjadikan waktu-waktu itu begitu istimewa.
Di dalam sebuah hadith yang diceritakan oleh Anas, Rasulullah bersabda, “Sesiapa yang solat subuh berjemaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah sehingga matahari terbit, lalu solat dua rakaat, maka hal itu sama pahalanya dengan pahala sekali haji dan sekali umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” [2]
Ini merupakan satu lagi galakkan kepada manusia untuk berusaha bukan sahaja setakat bersolat subuh, tetapi berusaha untuk menunaikannya secara berjemaah. Seterusnya nabi mengaitkan solat subuh dengan mengistiharkan ganjaran tambahan. Iaitu ganjaran pahala haji dan umrah yang sempurna jika selepas itu seseorang mampu berzikir sehingga matahari terbit serta melakukan solat sunat dhuha.
Akhirnya Rasulullah bukan sahaja berjaya mendidik para sahabat agar rajin bersolat subuh, malah agar gemar bersolat berjemaah, gemar berzikir dan gemar menunai solat sunat dhuha. Beliau Rasulullah terus disayangi dan dikenali sebagai insan pembimbing.
Untuk menjadi seorang insan yang dapat membimbing orang lain ke arah kebaikkan, seseorang itu perlu mempunyai ilmu pengetahuan yang secukupnya. Ilmu pengetahuan yang saya maksudkan adalah Al-Quran dan sunah-sunah Rasulullah. Lagi banyak kita mengetahui dan mendalami maksud-maksud ayat-ayat suci serta mentelaah hadis-hadis nabi, lebih baik. Dengan berlandaskan Al-Quran dan sunnah di dalam penyampaian, sesuatu perkara akan menjadi lebih berkesan kepada yang mendengar.
Sekiranya seseorang mampu mendidik diri menjadi individu mampu merangsang minda orang lain, sudah tentu beliau akan sentiasa diterima dan disayangi di mana sahaja. Malah, menjadi bahan rujukan. Siapa yang tidak mahu mengahwini insan perangsang dan pembimbing seperti ini?
Wallahu’alam.



Memilih Jodoh
Perlukah Wanita Tahu Memasak?

Berikut disajikan klip video pendapat Dr Danial tentang tentang persoalan di atas. Rakaman diambil ketika kuliah tafsir pada hari ahad yang lepas (2009-05-03). Untuk mereka yang belum pernah mendengar nama Dr Danial, sila lawati mindasuper.com untuk keterangan lanjut.
Utamakan Pasangan Yang Tidak Merokok


Mufti Perlis Dr. Mohd Asri bin Zainul Abidin mencadangkan agar wanita yang ingin berkahwin mengutamakan pasangan yang tidak merokok.
Ini berdasarkan Islam menyuruh agar memilih pasangan yang mempunyai pegangan agama dan akhlak yang baik, sementara merokok merupakan unsur yang mencacatkan.
Ini atas beberapa alasan;

1. Perokok sentiasa melakukan perkara yang ditegah oleh agama iaitu merosakkan diri. Majoriti para ulama zaman ini mengharamkan rokok.
2. Perokok bukan sahaja membahayakan diri, tetapi juga keluarga; isteri dan anak-anak yang akan terhidu asap beracun rokok. Sepatutnya ibubapa melindungi anak dan keluarga, bukan membahayakan mereka.
3. Ramai perokok yang tidak menjaga kebersihan. Bahkan rokok itu sendiri mengotorkan diri. Di samping betapa banyak tandas dan kemudahan awam lain rosak atau cacat disebabkan kesan rokok yang dihisap oleh penggunanya. Ciri yang seperti ini kurang baik bagi seseorang bapa atau ibu yang akan mengepalai keluarga dan rumahtangga.
4. Rokok adalah pembaziran. Ramai perokok yang ketagihan sanggup utamakan membeli rokok daripada pemintaan keluarga atau keperluan keluarga yang lain. Mereka berkira untuk perkara-perkara yang baik atau perlu, tetapi lupa diri atau ringan tangan untuk membeli sekotak rokok yang sentiasa meningkat harganya.
5. Merokok adalah contoh yang tidak baik untuk anak-anak. Maka perokok mencacatkan ciri-ciri keibubapaan. Justeru, ramai anak perokok turut merokok samada setelah dewasa atau sebelum cukup dewasa.

Atas alasan-alasan ini dan selainnya, maka saya menasihati umat Islam dan kaum wanita khususnya, menjadikan ‘merokok’ adalah salah satu ciri yang mencacatkan pemilihan dalam menentukan pasangan masing-masing.




PANDUAN MEMILIH JODOH DARIPADA RASULULLAH SAW


Bagi golongan lelaki, Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Seorang wanita itu dinikahi kerana empat; kerana hartanya, kerana keturunannya, kerana kecantikkannya dan kerana agamanya. Maka hendaklah kamu mengutamakan yang beragama, nescaya kamu berbahagia.” [1] Hadith ini telah direkodkan oleh kedua-kedua Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahih mereka serta imam hadith yang lain.
Secara terang Rasulullah s.a.w telah mengarahkan agar seorang lelaki memilih wanita yang beragama sebagai isteri serta menjanjikan kebahagiaan ke atas pilihan yang berasaskan agama.
Bagi golongan wanita pula Rasulullah telah mengenakan dua syarat pilihan iaitu hanya menerima lelaki yang beragama dan berakhlak sebagai suami. Ini menunjukkan Islam amat menjaga kebajikan wanita.
Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Apabila orang yang engkau redha agama dan akhlaknya datang meminang, maka kahwinkanlah dia, jika tidak kamu lakukan demikian akan berlakulah fitnah di bumi dan kerosakkan yang besar.” [2]
Di dalam riwayat yang lain, menurut Abu Hatim al-Muzani r.a., selepas Rasulullah s.a.w bersabda seperti di atas, lalu para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah ! Walaupun dia telah mempunyai isteri?” Lalu Rasulullah s.a.w mengulangi, “Apabila orang yang engkau redha agama dan akhlaknya datang meminang, maka kahwinkanlah dia!” sebanyak tiga kali. [3]
Wallahu’alam.


panduan mencari jodoh..
Untuk membentuk ikatan perkahwinan yang harmoni dan berkat,seseorang itu disarankan supaya mengambil kira panduan syara’ dan saranan Nabi khasnya.Dimana bakal suami digalakkan supaya mengutamakan perempuan yang solehah(beragama) serta dapat melahirkan zuriat disamping memiliki ciri-ciri keistimewaan yang lain.Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang bermaksud:

“Seseorang wanita itu dikahwini kerana empat perkara:Kerana hartanya,keturunannya,kecantikannya dan agamanya.Utamakanlah yang mempunyai agama,nescaya kamu akan selamat”- (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dalam maksud hadis di atas,Nabi menggalakkan umatnya supaya mengutamakan pemilihan bakal isteri atas dasar agama,kerana dengan agama seseorang itu akan selamat dan bahagia dalam erti kata yang sebenarnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

“Janganlah kamu kahwini wanita kerana kecantikan mereka,kerana kemungkinan kecantikan itu akan menghancurkan mereka sendiri.Dan janganlah kamu kahwini kerana harta mereka,kerana mungkin harta itu menyebabkan mereka derhaka.Tetapi kahwinilah mereka atas dasar agama.Sesungguhnya hamba yang berkulit hitam,tetapi beragama dalah lebih baik”-(riwayat Ibnu Majah)



Untuk tujuan tersebut,Islam menekankan pemilihan calon isteri yang beragama.Dimana seseorang lelaki yang memilih bakal iateri yang solehah dan baik akan mendapat jaminan kebahagiaan sebenar rumahtangganya.Sebagaimana sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim dan Nasa’i yang bermaksud:

“Sesungguhnya dunia ini adalah suatu tempat keseronokan dan sebaik-baik keseronokan itu ialah wanita yang solehah”-(riwayat Muslim dan Nasa’i)


Kesesuaian memilih jodoh...


Kesesuaian atau kesefahaman dalam memilih suami mahupun isteri adalah
merupakan asas dalam membina keluarga Muslim. Kesesuaian disini bukan dalam
bidang kedudukan, pangkat dan harta kekayaan, akan tetapi kesamaan atau
kesefahaman dalam bidang agama.

Di dalam Islam seorang lelaki yang miskin atau seorang budak boleh menikah
dengan wanita yang kaya. Orang yang tua boleh menikah dengan wanita atau
lelaki yang muda. Akan tetapi orang yang fasiq dan zalim walaupun kaya,
tidak boleh menikah dengan seorang wanita yang solehah, taqwa dan baik budi
pekertinya.

Kesesuaian atau kesefahaman dalam memilih suami mahupun isteri adalah
merupakan asas dalam membina keluarga Muslim. Kesesuaian disini bukan dalam
bidang kedudukan, pangkat dan harta kekayaan, akan tetapi kesamaan atau
kesefahaman dalam bidang agama.

Firman Allah SWT:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dan lelaki dan perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa--bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi maha Mengenal.”
(Al-Hujarat: 13)

Dalam sebuah Hadis Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kamu, keturunan atau harta kekayaan
mu. Akan tetapi Allah melihat kepada hati. Siapa yang memiliki hati yang
soleh, Allah akan mengasihaninya. Sesungguhnya kamu anak Adam, dan orang
yang paling Allah cintai ialah yang paling besar taqwanya.”

Di dalam pidato Rasulullah SAW pada hari Tasyriq di Mina baginda bersabda:

“Wahai umatku, ketahuilah bahawa Tuhanmu hanyalah satu, dan bahawa nenek
moyang mu juga seorang. Renungkanlah, bahawa tidak ada keutamaan bagi orang
Arab atas bangsa yang lain dan tidak ada kelebihan bagi yang berkulit hitam
atas kulit putih atau kulit putih atas kulit hitam, kecuali dengan
taqwanya.”

Jika kesesuaian dalam bidang agama telah masing-masing dimiliki oleh suami
isteri, maka Insya Allah kesesuaian dalam bidang lain seperti harta dan
sebagainya itu akan mudah pula mengaturnya. Kerana dalam sebuah hadis
Rasulullah SAW bersabda:

“Ketahuilah wanita itu tidak dibenarkan dikahwinkan kecuali oleh walinya,
dan walinya itu tidak dibenarkan mengahwinkan wanita itu dengan orang yang
tidak layak.”

Layak di sini menurut Imam Malik iaitu sesuai dari segi agamanya. Dalam
sejarah membuktikan bahawa Nabi Musa a.s datang kepada Nabi Syuib di Negeri
Madyan sebagai orang asing yang melarikan diri dalam keadaan yang
menyedihkan, dalam keadaan lapar dan pakaian yang buruk. Kemudian Nabi Syuib
menikahkan Musa as. dengan puterinya, setelah Nabi Syuib mengetahui tentang
agama dan akhlak Nabi Musa as.

Di dalam Islam seorang lelaki yang miskin atau seorang budak boleh menikah
dengan wanita yang kaya. Orang yang tua boleh menikah dengan wanita atau
lelaki yang muda. Akan tetapi orang yang fasiq dan zalim walaupun kaya,
tidak boleh menikah dengan seorang wanita yang solehah, taqwa dan baik budi
pekertinya.

Bangsa Arab pada zaman Jahiliah terlalu membanggakan diri mereka dengan
keturunan dan kejayaan nenek moyang mereka masa lampau. Setelah datangnya
Islam, sikap tersebut menjadi hilang kerana ajaran Islam lebih mementingkan
keimanan dan ketaqwaan daripada nasab dan keturunan.

Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tarmizi, Rasu-lullah SAW bersabda:

“Hai manusia, Allah telah menyingkirkan dan kamu keburukan kaum jahiliah,
dan membangga-banggakan nenek-moyang. Manusia itu ada dua macam, seorang
baik, taqwa dan berbudi luhur dan seorang lagi jahat, celaka dan hina
dipandangan Allah. Dan manusia itu adalah anak-anak Adam, dan Adam di
ciptakan daripada tanah.”
(Riwayat Tarmizi)

Ketika Rasulullah SAW ingin meminangkan bekas budak yang bernama Zaid bin
Haritsah dengan puteri pamannya iaitu Zainab binti Jahsy, maka Zainab pun
menolak dan menyombongkan diri kerana keturunannya. Maka turunlah Malaikat
Jibril menyampaikan wahyu daripada Allah SWT, yang tidak dapat dibantah.

Firman Allah SWT ertinya:

“Dan tidaklah patut bagi lelaki yang Mukmin dan tidak pula bagi perempuan
yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang
siapa menderhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya lah dia telah sesat
yang nyata.”
(Al-Ahzab: 36)

Perkahwinan mereka tersebut terjadi kerana keputusan daripada perintah Allah
SWT, tanpa menghiraukan perbezaan keturunan dan sebagainya.

Bilal bin Rabah asalnya seorang hamba dan Bani Jamuh, kemudian di beli dan
dimerdekakan oleh Abu Bakar as Siddiq. Dia termasuk salah seorang daripada
tujuh orang yang pertama menyatakan Islam secara terang-terangan. Dia ikut
dalam perang Badar dan semua peperangan Rasulullab SAW kemudian tinggal di
Negeri Syam, dalam pemerintahan Umar bin Khattab.

Kemudian Bilal pergi bersama Abu Ruwaihah ke Kabilah Khaulan dan berkata:
“Kami datang kepada kamu untuk meminang. Dulu kami orang kafir, lalu Allah
memberikan hidayah kepada kami. Dahulu kami adalah hamba, lalu Allah
merdekakan kami. Dulu kami orang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan
kepada kami.

Kami ucapkan “Al Hamdulillah” seandainya kamu sudi me-nerima pinangan kami.
Dan kalau kamu menolak, maka kami akan mengucapkan “La haula Walaa Quwwata
Illaa Billah.” Kemudian mereka menerima pinangan Bilal dan Abu Ruwaihah,
kerana melihat ketinggian agamanya, akhlaknya dan jasa-jasanya dalam agama
Islam.

Begitu juga dengan Abu Huzifah bin Atbah Al-Quraisy, seorang yang ikut
perang Badar bersama Rasululah SAW. Beliau dengan senang hati mengahwinkan
puteri saudaranya Hindun binti Walid bin Utbah dengan Salim bin Ma’qal
Al-Farisi, yang semulanya seorang hamba milik isterinya.

Khalifah Umar bin Khatab telah memilihkan calon isteri untuk anaknya Ashim
dengan seorang gadis penjual susu. Beliau tidak melihat dari segi keturunan,
pangkat atau kekayaannya, tetapi ia melihat agama serta akhlak yang luhur
wanita tersebut.

Pada suatu malam Khalifah Umar Ibnu Khattab sedang membuat tinjauan terhadap
rakyat-rakyatnya. Sampailah Umar ra. di sebuah rumah penduduk, ketika itu
mereka sedang berbincang tentang sesuatu. Umar mendengar semua perbincangan
mereka. Seorang ibu berkata kepada anak perempuannya:

“Anakku bangunlah, serta campurkanlah susu itu dengan air. Puterinya
menjawab: Apakah ibu belum mendengar larangan daripada Amirul Mukminin itu?
Ibu itu bertanya lagi:

“Apakah larangan Amirul Mukminin itu?” Puterinya menjelaskan: “Wahai ibu,
sesungguhnya Amirul Mukminin melarang umat Islam menjual susu yang
dicampurkan dengan air”

Ibu itu berkata lagi: “Cepatlah engkau campurkan susu itu dengan air, tak
usahlah kamu takut dengan Saidina Umar, kerana ia tidak melihatnya”
Puterinya menjawab: “Wahai ibuku, memang Umar ra. tidak melihat kita, tetapi
Tuhan yang disem-bah Umar melihat kita. Maafkan saya wahai ibuku, kerana
tidak dapat mematuhi permintaanmu. Saya tidak mahu menjadi orang yang
munafik mematuhi perintah di hadapan orang ramai, tetapi melanggarnya
apabila di belakang mereka.”

Khalifah Umar ra. yang terkenal tegas itu menjadi terharu hatinya. Umar ra.
merasa bangga dengan ketaqwaan gadis miskin penjual susu tersebut. Setelah
pagi, Saidina Umar memerintahkan puteranya Ashim supaya pergi ke rumah gadis
tersebut.

“Wahai anakku, pergilah engkau ke sebuah rumah penduduk, di dalamnya ada
gadis penjual susu, jika ia masih sendiri, pinanglah ia. Mudah-mudahan Allah
akan memberikan kurnia kepadamu anak yang soleh.”

Ternyata dugaan Saidina Umar ra. itu benar sekali. Ashim menikah dengan
wanita yang mulia tersebut dan mendapat seorang anak perempuan yang bernama
Ummu Ashim. Kemudian Ummu Ashim berkahwin dengan Abdul Aziz bin Marwan, dan
mereka mendapat seorang anak lelaki yang bernama Umar bin Abdul Aziz, yang
kemudian menjadi seorang khalifah yang terkenal dan bijaksana.

Kisah-kisah di atas memberikan bimbingan kepada orang tua mahupun para
wanita supaya arif atau bijaksana dalam memilih calon suami. Begitu juga
kepada lelaki yang ingin memilih calon isteri, hendaklah memperhatikan
keutamaan agama dan akhlaknya daripada yang lain-lain. Dengan cara
demikianlah keluarga bahagia yang diredhai Allah dapat dibina.
apa gunanya wajah yg tampan atau cantik rupawan dan tubuh badan yang kuat seandainya solat lima waktu tidak dapat dijaga.fikir-fikirkanlah.